Tampilkan postingan dengan label ASKEP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ASKEP. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Oktober 2011

AsKep Pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD )

AsKep Pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD ).Setelah lama tidak memposting mengenai asuhan keperawatan maka sore hari ini kita akan sedikit memposting mengenai AsKep Pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD ) setelah askep yang terakhir tentang askep pasien dengan asma bronchiale dan juga askep klien dengan inkontinensia urin.


A.Pengertian
VSD adalah suatu keadaan dimana terdapat defek ( lubang ) abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri.
Terdapat dua jenis VSD :

1.      Membranous ( terjadi + 80 % )
2.      Muskular

B.Etiologi
Perkembangan Embrio
Gabungan ventrikuler dan membranous terjadi saat kehamilan umur 4 – 8 minggu. Perkembangan septum muskular tejadi saat ventrikel kana dan kiri membentuk sumbu ( fuse ) sedangkan septum membranous terjadi akibat pertumbuhan dari “ endocardial ciushius “.Selama proses pembentukan sekat ini dapat terjadi defek kongenital akibat gangguan pembentukan ini.


C.Tanda dan Gejala
Berhubungan dengan banyaknya aliran darah yang melewati lubang ( defek ) dan tahanan pulmonal dengan tanda dan gejala sebagai berikut :

1.VSD Kecil :
  • Tidak memperlihatkan keluhan.
  • Pertumbuhan perkembangan pada umumnya normal.
  • Bising jantung biasanya terdeteksi umur 2-6 bulan.
  • Pada auskultasi biasanya bunyi jantung normal.
  • Defek muskular ditemukan bising sistolik dini,pendek, dan mungkin didahului oleh early sistolik click.
  • Ditemukan bising pansistolik di sela iga 3 – 4 garis sternal kemudian menjalar sepanjang garis sternum kiri bahkan ke seluruh prekordium.

    2.VSD Sedang :
    Pada Bayi :
    • Sesak nafas pada waktu makan dan minum atau tidak mampu menghabiskan makanan dan minumnya.
    • Peningkatan berat badannya terhambat.
    • Seringkali menderita infeksi paru yang memerlukan waktu yang lama untuk sembuh.
    • Gagal jantung mungkin terjadi sekitar 3 bulan.
    • Fisik bayi tampak kurus dengan dyspnoe-takipnoe serta retraksi sela iga.
      Pada pasien besar dapat terjadi penonjolan dada.

      3.VSD Besar :
      • Gejala dan gagal jantung sering terlihat.
      • Pasien tampak sesak,pada saat istirahat kadang pasien biru,gagal tumbuh dan banyak keringat.
      • Sering terkadi infeksi saluran nafas bagian bawah.
      • Aktifitas prekardium meningkat.
      • Bising yang terdengar nada rendah,pansistolik dan tidak terlokalisir.
      • Gejala sering timbul setelah minggu ke 3 sampai dengan minggu ke 4 pada saat resistensi paru sudah menurun.

      4.VSD dengan resistensi paru tingi atau Sindrom Eisenmenger :
      • Terlihat dada menonjol akibat pembesaran ventrikel kanan yang hebat.
      • Terjadi pirau terbalik dari kanan ke kiri sehingga pasien sianotik.
      • Sering terjadi batuk dan infeksi saluran nafas berulang
      • Terjadi gangguan pertumbuhan yang makin hebat.
      • Terlihat adanya jari-jari tabuh.
      • Pada pemeriksaan auskultasi,bunyi jantung dengan split yang sempit.
      • Pada pemeriksaan palpasi,hepar terasa besar akibat bendungan sistemik.

      D. Pemeriksaan Penunjang
      1.EKG :
      Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang terjadi :
      1. Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun kadang-kadang di jumpai gelombang S yang sedikit dalam dihantaran perikardial atau peningkatan ringan gelombang R di V5 dan V6.
      2. Pada VSD sedang,EKG menunjukkan gambaran hipertrofi kiri.Dapat pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika terjadi peningkatan arteri pulmonal.
      3. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi ventrikel kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikekl kiri dan kanan disertai deviasi aksis ke kanan ( RAD ).Defek septum ventrikel membranous inlet sring menunjukkan deviasi aksis ke kiri. ( LAD ).

      2.Gambaran Radiologi Thorax :
      1. Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal dengan vaskularisasi peru normal atau sedikit meningkat.
      2. Pada VSD sedang,menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan vaskularisasi paru meningkat.
      3. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma eisenmenger tampak konus pulmonal sangat menonjol dengan vaskularisasi paru yang meningkat di daerah hilus namun berkurang di perifer

      3.Echocardiografi :
      1. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode,dua dimensi doppler.Pada doppler berwarna dapat ditemukan lokasi,besar dan arah pirau.
      2. Pada defek yang kecil,M-Mode dalam batas normal sedangkan pada dua dimensi defek kecil sulit dideteksi.
      3. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.
      4. Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan adanya pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.

      4.Kateterisasi jantung :
      Kateterisasi jantung diperlukan pada :
      • -VSD kecil dan sedang yang disuga ada peningkatan tahanan paru.
      • -VSD besar dan atau gagal jantung.
      Tujuan kateterisasi jantung terutama untuk mengetahui :
      1. Jumlah defek.
      2. Evaluasi besarnya pirau.
      3. Evaluasi tahanan vaskular paru.
      4. Evaluasi beban kerja ventrikel kanan dan kiri.
      5. Mengetahui defek lain selain VSD.
      Kateterisasi jantung kanan untuk mengukur tekanan dan saturasi pada aliran darah pulmonal sedangkan kateterisasi jantung kiri untuk aliran darah sistemik.

      E.Komplikasi
      1. Gagal Jantung Kongestif.
      2. Hipertensi Arteri Pulmonalis.
      3. Bakterial Endokarditis.

      F.Terapi Medis
      1. Untuk mengatasi gagal jantung.
      2. Mengurangi gejala klinik.
      3. Mengurangi frekuensi infeksi saluran nafas.
      4. Untuk mencapai pertumbuhan normal.
      A.Pengobatan Konservatif :
      1. Oksigen.
      2. Digitalis.
      3. Diuretik.
      4. Dopaminergik.
      5. Vasodilator.
      6. Ace Inhibitor.
      B.Operatif Bedah :
      Paliatif : Pulmonary Arteri Banding ( PAB ),banding ( penyempitan ) pada cabang utama arteri pulmonal untuk mengurangi aliran darah pulmonal.Umumnya dilakukan pada anak dengan CHF.
      Penutup VSD ( prosedur pilihan ).
      Lubang kecil dengan melakukan jahitan langsung.
      Lubang besar dengan menggunakan tambahan “ dacron “
      Kedua prosedur diatas menggunakan mesin jantung paru,prosedur bedah dilakukan melalui atrium kanan dan katub trikuspid.
      Komplikasi post operasi meliputi VSD berulang dengan gangguan konduksi.


      G.Pengkajian ( Pengkajian Fokus )

      1. Pengkajian Umum
      1. Ukur barat badan,panjamg badan,lingkar kepala secara teratur.
      2. Gambarkan secara umum ukuran dan bentuk tubuh,postur saat istirahat,adanya edema dan lokasi.
      3. Bentuk wajah untuk melihat kelainan seperti : Syndrome Down.

      2. Pengkajian Pernafasan
      1. Gambarkan bentuk dada,simetris,adanya insisi,selang di dada atau penyimpa ngan lain.
      2. Gambarkan penggunaan otot-otot pernafasan tambahan : gerakan cuping hidung,retraksi sub sternal dan interkostal atau sub clavia.
      3. Tentukan rata-rata pernafasan dan keteraturannya.
      4. Auskultasi dan gambarkan bunyi nafas,kesamaan bunyi nafas,berkurangnya / tidak adanya udara nafas,stridor,crakles,wheezing.
      5. Gambarkan adanya tangisan bila tidak di intubasi.
      6. Bila diintubasi catat ukuran pipa endotrakeal,jenis dan setting ventilator.
      7. Ukur saturasi oksigen dengan menggunakan oximetri pulse dan analisa gas darah.

      3. Pengkajian Kardiovaskular
      1. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
      2. Gambarkan bunyi jantung termasuk murmur.
      3. Tentukan poin maksimum impuls ( PMI ),poin dimana bunyi jantung terdengar paling keras.
      4. Tentukan tekanan darah.Sebutkan ekstremitas yang digunakan dan ukuran yang dipakai.Pemeriksaan tidak boleh lebih dari 1 kali.
      5. Kaji warna kuku,membran mukosa bibir.
      6. Gambarkan warna bayi atau anak ( mungkin dapat menunjukkan latar belakang masalah jantung,pernafasan atau darah ).Sianosis,pucat,jaundice, mouting,
      7. Gambarkan nadi perifer,pengisian kapiler ( kurang dari 3 detik )
      8. Pastikan monitor,parameter dan alarm posisi “On”

      4. Pengkajian gastrointestinal
      1. Tentukan adanya distensi abdomen,meningkatnya lingkar perut,kulit yang terang ( bright ),adanya eritema dinding abdomen,tampaknya peristaltik, bentuk usus yang dapat dilihat,status umbilikus..
      2. Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi,waktu yang berhubungan dengan pemberian makan,bila memakai NGT tentukan karakter,jumlah residu,warna, konsisten,PH vairan lambung.
      3. Palpasi area hati.
      4. Gambarkan bising usus,ada atau tidak ada.
      5. Gambarkan jumlah,warna,konsistensi feces.

      5. Pengkajian genitourinari
      1. Gambarkan bentuk abnormal dari genetalia..
      2. Gambarkan jumlah ( ditentukan oleh berat badan ), PH dan berat jenis untuk menggambarkan status cairan.
      3. Timbang berat badan ( tindakan yang paling sering dilakukan untuk mengkaji status cairan.

      6. Pengkajian neuromuskuloskeletal
      1. Gambarkan gerakan bayi : random,bertujuan,twitching,spontan,tingkat akti fitas dengan stimulasi,evaluasi saat kehamilan dan persalinan.
      2. Gambarkan sikap dan posisi bayi/anak : fleksi ayau ekstensi.
      3. Observasi reflek moro,sucking,babinski,plantar dan reflek lain yang diharapkan.
      4. Tentukan tingkat respon.
      5. Gambarkan adanya perubahan pada lingkar kepala ( bila ada indikasi ) ukuran, tahanan fontanel, dan garis sutura.
      6. Gambarkan respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.

      7. Pengkajian kulit
      1. Gambarkan beberapa perubahan warna,daerah kemerahan,tanda iritasi,abrasi, khususnya dimana terdapat daerah penekanan oleh infus atau alat yang lain kontak dengan bayi/anak,juga observasi dan catat bahan yang digunakan untuk perawatan kulit.
      2. Tentukan tekstur dan turgor kulit : kering,lembut, dan lain-lain.
      3. Gambarkan adanya rash,luka kulit atau tanda lahir.
      4. Gambarkan kateter infus dan jarum yang digunakan dan observasi adanya tana infiltrasi.
      5. Gambarkan adanya infus parenteral : lokasi;arteri,vena perifer,umbilical, sentral.Jenis infus ( obat,saline,dektrose,elektrolit,lemak,TPN ).

      8. Temperatur
      1. Gambarkan suhu kulit dan axilla.
      2. Gambarkan hubungan dengan suhu lingkungan.

      FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN ADALAH :
      1. Faktor Prenatal
      1. Ibu menderita infeksi : rubella.
      2. Ibu alkoholisme.
      3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
      4. Ibu menderita penyakit diabetes yang memerlukan insulin.
      5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

      2. Faktor Genetik
      1. Anak yang lahir sebelumnya PJB.
      2. Ayah / ibu menderita PJB.
      3. Kelainan kromosom misalnya Sindrom Down.
      4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

      H.Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
      1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan bentuk lubang,disfungsi miokard.
      2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kongesti paru.
      3. Volume cairan berlebih berhubungan dengan akumulasi cairan ( edema ).
      4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat.
      5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang / ketidakmampuan / kelemahan sekunder terhadap penurunan curah jantung.
      6. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, kongestif paru.
      7. Gangguan psikologis pada anak dan atau keluarga berhubungan dengan masa perawatan di rumah sakit.

      I.DAFTAR PUSTAKA
      • Carpenito,L.J ( 1999 )
      • Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.E.d.2. ECG Jakarta.( 2000 )
      • Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif Ed.8.EGC Jakarta
      • Doengoes,marylin E ( 1989 ) Nursing Care Plans.F.A Davis company USA Philadelphia

      Terima kasih sahabat telah membaca artikel mengenai askep pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD ) Semoga askep pasien dengan Ventrikular Septal Defek ( VSD ) bisa berguna serta bermanfaat.

      Selasa, 13 September 2011

      AsKep Pasien dengan Asma Bronchiale

      AsKep Pasien dengan Asma Bronchiale.Setelah lama tidak memposting mengenai asuhan keperawatan maka sore hari ini kita akan sedikit memposting mengenai AsKep Pasien dengan Asma Bronchiale setelah sebelumnya juga memposting mengenai AsKep KLIEN DENGAN INKONTINENSIA URINE dan juga AsKep Pasien Dengan INFARK MIOKARD AKUT


      I.PENGERTIAN
      Asma adalah penyakit jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi karena spasme bdonkus disebabkan oleh berbagai penyebab misalnya alergen, infeksi, latihan. Spasme bronkus meliputi konstriksi otot polos, edema mukosa dan mukus berlebihan dengan perlengketan di jalan nafas pada tahap lanjut.
      (Hudak, 1997 : 565)

      Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
      ( Smeltzer, 2002 : 611)

      Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.
      (Reeves, 2001 : 48)

      II. PENYEBAB
      a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
         - Reaksi antigen-antibodi
         - Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
      b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
         - Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
         - Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
         - Iritan : kimia
        - Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
        - Emosional : takut, cemas dan tegang
        - Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
          (Suriadi, 2001 : 7)

      III. TANDA DAN GEJALA 

      a. Stadium dini
      Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
        - Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
        - Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
        - Whezing belum ada
        - Belum ada kelainan bentuk thorak
        - Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
        - BGA belum patologis

      Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
        - Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
        - Whezing
        - Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
        - Penurunan tekanan parsial O2

      b. Stadium lanjut/kronik
        - Batuk, ronchi
        - Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
        - Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
        - Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
        - Thorak seperti barel chest
        - Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
        - Sianosis
        - BGA Pa O2 kurang dari 80%
        - Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
        - Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
        (Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)


      IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
         a. Spirometri (Tidal volume, kapasitas vital)
         b. Pemeriksaan sputum dan pemeriksaan eosinofil total (biasanya meningkat dalam darah dan sputum.
         c. Pemeriksaan alergi (Radioallergosorbent Test : RAST) : uji kulit, kadar Ig E total dan Ig E specifik   dalam sputum
        d. Foto thorak
        e. AGD

      V. PENGKAJIAN

      A. Pengkajian Primer
      - Airway
        Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot –otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta)
      - Breathing
      Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea, takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi, hiperresonan pada perkusi
      - Circulation
      Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm

      B. Pengkajian Sekunder
      - Riwayat penyakit sekarang
      Lama menderita asma, hal yang menimbulkan serangan, obat yang pakai tiap hari dan saat serangan
      - Riwayat penyakit sebelumnya
      Riwayat alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas
      - Riwayat perawatan keluarga
      Adakah riwayat penyakit asma pada keluarga
      - Riwayat sosial ekonomi
      Lingkungan tempat tinggal dan bekerja, jenis pekerjaan, jenis makanan yang berhubungan dengan alergen, hewan piaraan yang dimiliki, dan tingkat stressor.


      VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Tucker S. Martin, 1998 hal 242-243)

      a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b. d bronkospasme dan sekresi kental berlebihan
      Tujuan: pasien mempertahankan jalan nafas paten
      KriteriaHasil :
      - Bunyi nafas bersih
      - Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal
      - Tak ada dispnea
      Intervensi:
      - Kaji sputum terhadap warna, kekentalan dan jumlah
      - Ausultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan misalnya: mengi, krekels, dan ronchi
      - Kaji kualitas dan kecepatan pernafasan
      - Kaji frekuensi dispnea: gelisah, ansietas distress pernapasan, penggunan otot bantu
      - Beri klien posisi pada ketinggian yang nyaman dan mengoptimalkan pernafasan : tinggikan kepala tempat tidur 60 – 90 derajat, sokong punggung dengan bantal
      - Berikan oksigen aliran rendah dengan kateter sesuai pesanan
      - Pertahankan/ bantu batuk efektif dan bantu untuk fisioterapi dada
      - Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari dan berikan air hangat
      - Berikan obat : epinefrin, aminofilin, antihistamin, ekspektoran, kortikosteroid adrenal
      - Nebulisasi isoproterenol atau kromolin

      b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru selama serangan akut
      Tujuan: pasien mempertahankan pola nafas efektif
      Kriteria hasil:
      - Sesak berkurang atau hilang, RR 18-24x/menit
      - Frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
      - Tidak ada retraksi otot pernapasan

      Intervensi:
      - Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea, penggunaan otot-otot pernapasan
      - Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas darah arteri
      - Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan ekspansi dada
      - Berikan terapi oksigen sesuai pesanan
      - Pertahankan patensi jalan nafas
      - Berikan obat sesuai pesanan

      c. Cemas b.d krisis situasi, kesulitan bernafas, takut serangan ulang
      Tujuan : rasa cemas klien menjadi berkurang sampai hilang
      KH:
      - Klien tampak rileks
      - Mengungkapkan perasaan cemas berkurang
      - Tanda – tanda vital normal
      Intervensi;
      - Kaji tingkat kecemasan klien (ringan, sedang, berat)
      - Ukur tanda-tanda vital
      - Berikan dukungan emosional
      - Implementasikan teknik relaksasi : petunjuk imajinasi, relaksasi otot
      - Jelaskan informasi yang diperlukan klien tentang penyakitnya, perawatan dan pengobatannya
      - Ajarkan klien tehnik relaksasi (memejamkan mata, menarik nafas panjang)
      - Menganjurkan klien untuk istirahat


      DAFTAR PUSTAKA

      1. Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 2001
      2. Tucker S. Martin, Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998
      3. Reeves. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika; 2001
      4. Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates , 2000
      5. Smeltzer, C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1. Jakarta , EGC, 2002
      6. Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC, 1997


      Terima kasih sahabat telah membaca artikel mengenai : AsKep Pasien dengan Asma Bronchiale

      Selasa, 16 Agustus 2011

      AsKep KLIEN DENGAN INKONTINENSIA URINE

      Bismillah...

      Masih dalam nuansa puasa Ramadhan 1432 H nih..sudah hari keberapa yah...Alhamdulillah sudah 16 hari kita berpuasa.Jadi masih setengahnya lagi nih Ramadhannya.Semoga nanti kita sampai akhir dan tetap menjalankan puasa dan memcapai kemenangan nani di satu Syawal 1432 H nanti aamiin...aamiin.

      Setelah kemarin alhamdulillah mendapatkan Dapat Award Lagi dan juga memposting tentang Google UpDate Page Rank kembali dan alhamdulillah juga mbah Google kasih PR1 blog ini.Maka Malam ini bertepatan dengan malam 17 Ramadhan malam Nuzulul Qur'an akan posting masalah keperawatan kembali.Karena sudah lama tidak memposting masalah keperawatan.

      Kita mulai saja sahabat mengenai AsKep KLIEN DENGAN INKONTINENSIA URINE



      A. Definisi
      Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak.
      Sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang.

      B. Klasifikasi

      Inkontinensia urine di klasifikasikan menjadi 3
      ( Charlene J.Reeves at all )

      1. Inkontinensia Urgensi
      Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol.

      2. Inkontinensia Tekanan
      Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urine.

      3. Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia )
      Terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.


      C. Etiologi
      Inkontinensia urine pada umumnya disebabkan oleh komplikasi dari penyakit seperti infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter dan perubahan tekanan yang tiba-tiba pada abdominal.


      D. Manifestasi klinik
      a. Urgensi
      b. Retensi
      c. Kebocoran urine
      d. Frekuensi


      E. Patofisiologi
      Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakit infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahan tekanan abdomen secara tiba-tiba. Inkontinensia bisa bersifat permanen misalnya pada spinal cord trauma atau bersifat temporer pada wanita hamil dengan struktur dasar panggul yang lemah dapat berakibat terjadinya inkontinensia urine. Meskipun inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien dari berbagai usia, kehilangan kontrol urinari merupakan masalah bagi lanjut usia.


      F. Pemeriksaan Diagnosa
      1. Pengkajian fungsi otot destrusor
      2. Radiologi dan pemeriksaan fisik ( mengetahui tingkat keparahan / kelainan dasar panggul )
      3. Cystometrogram dan elektromyogram


      G. Therapi
      a. Urgensi
      Cream estrogen vaginal, anticolenergik, imipramine (tofranile)
      Diberikan pada malam hari
      Klien dianjurkan untuk sering buang air kecil

      b. Over flow inkontinensia
      Farmakologis prazocine (miniprise) dan cloridabetanecol (urecholine)
      Diberikan untuk menurunkan resistensi bagian luar dan meningkatkan kontraksi kandung kemih.




      H. Askep inkontinensia urine

      a. Pengkajian
      Dalam pengkajian ditanyakan kapan inkontinensia urine mulai muncul dan hal-hal yang berhubungan dengan gejala inkontinensia :
      1. Berapa kali inkontinensia terjadi ?
      2. Apakah ada kemerahan, lecet, bengkak pada daerah perineal ?
      3. Apakah klien mengalami obesitas ?
      4. Apakah urine menetes diantara waktu BAK, jika ada berapa banyak ?
      5. Apakah inkontinensia terjadi pada saat-saat yang bisa diperkirakan seperti pada saat batuk, bersin tertawa dan mengangkat benda-benda berat ?
      6. Apakah klien menyadari atau merasakan keinginan akan BAK sebelum inkontinensia terjadi ?
      7. Berapa lama klien mempunyai kesulitan dalam BAK / inkontinensia
      urine ?
      8. Apakah klien merasakan kandung kemih terasa penuh ?
      9. Apakah klien mengalami nyeri saat berkemih ?
      10. Apakah masalah ini bertambah parah ?
      11. Bagaimana cara klien mengatasi inkontinensia ?

      b. Pemeriksaan fisik
      1. Inspeksi
      Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah perineal.
      Adanya benjolan atau tumor spinal cord
      Adanya obesitas atau kurang gerak

      2. Palpasi
      Adanya distensi kandung kemih atau nyeri tekan
      Teraba benjolan tumor daerah spinal cord

      3. Perkusi
      Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.


      I. Diagnosa Keperawatan


      1. Kecemasan
      2. Gangguan bodi image
      3. Defisit pengetahuan
      4. Kelemahan ( kurang aktivitas )
      5. Gangguan Harga Diri
      6. Gangguan Integritas Kulit


      J. Rencana Tindakan
      1. Menjaga kebersihan kulit, kulit tetap dalam keadaan kering, ganti sprei atau pakaian bila basah.
      2. Anjurkan klien untuk latihan bladder training
      3. Anjurkan pemasukkan cairan 2-2,5 liter / hari jika tidak ada kontra indikasi.
      4. Anjurkan klien untuk latihan perineal atau kegel’s exercise untuk membantu menguatkan kontrol muskuler ( jika di indikasikan )
      Latihan ini dapat dengan berbaring, duduk atau berdiri
      a. Kontraksikan otot perineal untuk menghentikan pengeluaran urine
      b. Kontraksi dipertahankan selama 5-10 detik dan kemudian mengendorkan atau lepaskan
      c. Ualngi sampai 10 kali, 3-4 x / hari

      5. Cek obat-obat yang diminum ( narkotik, sedative, diuretik, antihistamin dan anti hipertensi ), mungkin berkaitan dengan inkontinensia.
      6. Cek psikologis klien.


      Terima kasih sahabat telah membaca Artikel : AsKep KLIEN DENGAN INKONTINENSIA URINE

      SUMBER PUSTAKA

      1. Charlene J. Reeves at all. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica, 2001.
      2. Susan Martin Tucker at all. Patient Care Standarts Collaborative Planning & Nursing Interventions, Seventh Edition, St. Louis Baltimore Berlin : Mosby, 2000.
      3. Luckmann’s, Suzanne E, Tatro. Care Principles and practise of Medical Surgical Nursing.
      4. Christensen Kocknow. Adult Health Nursing, Third edition, St. Louis Baltimore, Boston : Mosby, 1999.
      5. Susan Puderbangh, Susan W. Nursing Care Planning Guides, for Adult In Acute, Extended and Home Care Settings. WB. Saunders Company, 2001.